Manusia
erat kaitannya dengan takdir. Takdir adalah sesuatu yang telah digariskan oleh
Allah SWT sejak zaman azali yaitu zaman sebelum manusia itu ada. Sehingga
takdir manusia itu telah dituliskan dilauhul mahfud sebelum manusia itu diciptakan
dan tidak ada yang bisa merubahnya. Ada takdir manusia yang masih bisa dirubah selama manusia itu
mau berusaha sendiri untuk memperbaikinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya
“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka yang merubahnya sendiri”.
Dari makna ayat diatas bisa disimpulkan bahwa masih ada ketetapan dari Allah
yang masih bisa dirubah selama manusia itu mau berusaha. Kebebasan manusia
telah memiliki takdir yang tidak bisa dirubah. Manusia tidak mempunyai
kebebasan untuk menolak atau menerima segala sesuatu seperti kelahiran didunia, sebagai seorang
laki-laki atau perempuan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan fisik
manusia itu sendiri. Allah tidak akan mempersoalkan sama sekali atau meminta
pertanggung jawaban. Paham takdir tidak bisa digunakan untuk hal yang belum
terjadi, tetapi bagi suatu hal yang telah terjadi. Maka dengan demikian, kita
sebagai manusia dipesankan dalam Al-Qur’an agar mapu menerima kegagalan tanpa
putus asa. Sebaliknya kalau suatu saat nanti kita tidak mengklaim dengan kerdil
untuk kita sendiri. Seolah-olah semua kesuksesan itu adalah karena perjuangan
kita semata, kehebatan kita, kemampuan kita dan seterusnya. Akan tetapi semua
dikembalikan kepada Allah SWT. Dengan demikian kita menjadi jiwa yang sehat ,
tidak hancur karena gagal, tidak sombong karena berhasil atau sukses. Tak ayal
lagi, justru inilah salah satu dari kelemahan manusia. Di lukiskan dalam Al-Qur’an
bahwa manusia diciptakan dengan halu’an, mudah sekali besikap keluh kesah dan
tidak stabil. Mudah terbanting ke kanan dan ke kiri. Kalau menerima kekalahan
atau kegagalan menjadi putus asa dan mengumpat kesana kemari egonya menjadi
hancur. Tetapi kalau menerima atau mengalami kesuksesan dan keberhasilan,
manusia menjadi sombong, mulai melihat dirinya lebih dari gambarannya. Ia
melihat dirinya lebih besar dari kenyataan hidupnya sendiri. Oleh karena itu,
kita butuh sikap istiqomah yang artinya lurus dan kita harus kembalikan
semuanya kepada Allah SWT. Adanya ruang kebebasan yang dimiliki manusia bisa saja
kita tafsirkan bahwa Tuhan demikian menghargai kualitas dan posisi manusia
untuk tumbuh sebagai makhluk dewasa dan merdeka dengan akal dan nuraninya oleh
karenanya terdapat ungkapan bahwa akal sehat dan hati nurani pasti akan
mengajak seseorang untuk dekat kepada Tuhan karena semua kebenaran, keindahan
dan kebaikan berasal dari Tuhan. Tuhan adalah Yang Maha Benar, Maha Baik dan
Maha Besar. Itu semua hanya bisa dipahami dan dihayati jika seseorang memperooleh
pendidikan yang benar, dan ruang kebebasan untuk menentukan pilihannya.
Secara
fisik manusia telah terikat dengan hukum alam yang melekat padanya. Manusia
ditakdirkan memiliki daya berpikir, organ tangan, kehendak dinamis dan kehendak
manusia semakin besar dalam wilayah kebebasannya. Dengan demikian pengertian
takdir dapat kita maknai sebagai sesuatu yang belum tertutup atau serba final,
tetapi mengindikasikan sebuah dinamika yang selalu terbuka untuk kemungkinan
hal-hal yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar