PEMBAHASAN
1.
Pengertian Akhlak Dan Ilmu Akhlak
1.1
Pengetian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti
tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab
yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Menurut para pakar dibidang akhlak, Akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
1.2 Pengertian Ilmu Akhlak
Kata
akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku,
tetapi tingkah
laku tersebut harus dilakukan secara
berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya
sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan
sendirinya didorong oleh motivasi
dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.
Akhlak disebut sebagai ilmu
akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah
dan sebaginya tentang prinsip
umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga
sebagai filsafatmoral.
1.3 Sumber-sumber Akhlak
Akhlak
bersumber pada agama. Peragai sendiri mengandung
pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan
seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor
dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya.
Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga,
melalui keluargalah kepribadian
seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi
akhlak berarti tingkah
laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak
adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri
mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan
seseorang.
2. Asal Usul Istilah
a.
Moral
Moral
berasal dari bahasa
latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat
yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk.
Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal.
Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini
dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika,
yakni Etika adalah ilmu
yang membahas tentang moralitas
atau tentang manusia
sejauh berkaitan dengan moralitas.
b.
Etika
Etika
terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang biasa
dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul
dalam etikanormatif, yaitu hati nurani, kebebasan
dan tanggung jawab, nilai
dan norma,
serta hak
dan kewajiban.
Selanjutnya yang termasuk kaidah
dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari
penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral
adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku
manusia.
c.
Hati Nurani
Merupakan
perasaan moral dalam manusia, yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan
jahat, dan mana yang menyetujui atau menyalahkan perbuatannya. Seseorang
terikat untuk menaati hati nurani dalam semua perbuatannya. Oleh karenanya, dia
harus dengan hati-hati menjaga agar hati nurani itu dipandu oleh
prinsip-prinsip yang benar, yang bersifat mengajar, dan tidak mengandung prasangka
atau dibengkokkan oleh cara berpikir yang menyesatkan, atau oleh
motivasi-motivasi yang tidak murni.
d.
Mataetika
Secara kebahasaan mataetika berasal dari bahasa Yunani, meta berarti
melebihi, melampaui. Artinya secara implikatif makna yang terkandung di
dalamnya mengindikasikan bagaimana ucapan-ucapan manusia dibidang moralitas.
Seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis yaitu pada
taraf bahasa etis dengan mempelajari logika-logika khusus dari ucapan-ucapan
etis.
3.
Ruang Lingkup Pembahasan
Ilmu Akhlak
3.1 Akhlak
pribadi
Yang
paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah,
pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia
terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah
sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja
manusia mempunyai perbuatan.
3.2 Akhlak
berkeluarga
Akhlak
ini meliputi kewajiban orang
tua, anak,
dan karib kerabat. Kewajiban orang tua
terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua
dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-ajaran
yang bijak, setiap agama telah
memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan
mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur,
sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh
secara sabar, terdidik untuk berani
berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang
anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari
segala manusia
lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya
memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan
ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat,
berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan
permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong
ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan
membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu
dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan
berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya
disetiap keperluan.
3.3 Akhlak
bermasyarakat
Tetanggamu
ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu
susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak
kemudhorotan, orang tuamu cinta
dan hormat pada mereka maka wajib
atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan
kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial
kemasyarakatan, kesusilaan/moral
timbul di dalam masyarakat.
Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri
dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu,
saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat.
Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu
sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma-
norma kesusilaan yang berlaku.
3.4 Akhlak
bernegara
Mereka
yang sebangsa
denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan
berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib
dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang
dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
3.5 Akhlak
beragama
Akhlak
ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah
ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara
vertikal dengan Tuhan,
maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
3.6 Islam Mengutamakan
Akhlak
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah
akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara
pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain
dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila
ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “Wah
udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.”, dan lain-lain. Seharusnya
ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi
kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang
mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa
tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan,
namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai
hubungan yang erat.Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap
Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba.
3.7
Rasul Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia
mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya
dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri
menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada
diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.”
(HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau
menshahihkannya).
Anas bin Malik r.a, menyatakan: “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.”(HR.BukhariMuslim).
Dalam hadits lain Anas memuji beliau
shalallahu ‘alahi wasallam :“Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal
atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya
juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah shalallahu
‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya :
mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?”(HR.
Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba
sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW:“Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.”.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash r.a
disebutkan “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”
4. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Lainya
4.1 Hubungan Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Jiwa
Ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu yang
mempelajari tentang perilaku dan proses mental yang terjadi pada manusia.
Dengan kata lain, ilmu ini meneliti tentang peranan yang dimainkan dalam
perilaku manusia. Psikologi meneliti tentang suara hati (dhamir), kemauan (iradah),
daya ingat, hafalan, prasangka (waham), dan kecenderungan-kecenderungan
(awathif) manusia. Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa yang menggerakkan
perilaku manusia. Dengan demikian, psikologi merupakan mukadimah pokok sebelum
mengkaji tentang akhlak. Prof. Ahmad Luthfi berpendapat, “ilmu akhlak tidak
akan bisa dijabarkan dengan baik tanpa dibantu oleh ilmu jiwa (psikologi)”.
Itulah yang menyebabkan Imam Al-Ghozali sebelum mengajar ilmu akhlak, beliau
mengajarkan terlebih dahulu kepada muridnya mengenai ilmu jiwa, dan itulah
mengapa Imam Al Ghazali menyusun kitab Ma’arijul Qudsi Fi Madaariji Ma’riftin
Nafsi.
Ilmu jiwa mengarahkan pembahasan pada aspek
batin yang di dalam Qur’an diungkapkan dengan istilah insan. Dimana istilah ini
berkaitan erat dengan kegiatan manusia yaitu kegiatan belajar, tentang
musuhnya, penggunaan waktunya, beban amanah yang dipikulkan, konsekuensi usaha
perbuatannya, keterkaitan dengan moral dan akhlak, kepemimpinannya, ibadahnya
dan kehidupannya di akhirat. Quraish Shihab mengemukakan bahwa secara nyata
terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik
dan sebaliknya. Berarti manusia memiliki kedua potensi tersebut.
Potensi rohaniah secara lebih dalam dikaji
dalam ilmu jiwa. Untuk mengembangkan ilmu akhlak kita dapat memanfaatkan
informasi yang diberikan oleh ilmu jiwa. Di dalam ilmu jiwa terdapat informasi
tentang perbedaan psikologis yang dialami seseorang pada setiap jenjang
usianya. Pada usia balita anak cenderung emosional dan manja. Pada usia kanak-kanak
anak cenderung meniru orang tuanya dan rekreatif. Gejala psikologis seperti ini
akan memberikan informasi tentang perlunya menyampaikan ajaran akhlak sesuai
dengan perkembangan jiwanya. Dalam kaitan ini dapat dirumuskan sejumlah metode
dalam menanamkan akhlak yang mulia.
Dengan demikian ilmu jiwa dapat memberikan masukan dalam rangka
menentukan metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak. Banyak hasil pembinaan
akhlak dilakukan para ahli dengan menggunakan jasa yng diberikan ilmu jiwa,
seperti yang dilakukan para psikolog terhadap perbaikan anak nakal, berperilaku
menyimpang dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa dan ilmu
akhlak bertemu karena pada dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu
akhlak melihat dari apa yang sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa
(psikologi) melihat tentang apa yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku .
4.2 Hubungan Ilmu
Akhlak dengan Ilmu Filsafat
Sebagaimana Ilmu Tasawuf, Ilmu Filsafat juga
mempunyai hubungan yang berdekatan dengan Ilmu akhlak. Pengertian Ilmu Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai
disiplin ilmu antara lain:
a. Metafisika: penyelidikan di balik alam yang nyata
b. Kosmologo: penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c. Logika: pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat
d. Etika: pembahasan tentang timgkah laku manusia
e. Theodica: pembahasan tentang ke-Tuhanan
f. Antropolog: pembahasan tentang manusia
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika atau
akhlak termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada
mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan
berkembang akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari
filsafat. Demikian juga etika atau akhlak, dalam proses perkembangannya,
sekalipun masih diakui sebagian bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah
merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri. Selain itu filsafat juga
membahas Tuhan, alam dan makhluknya. Dari pembahasan ini akan dapat diketahui
dan dirumuskan tentang cara-cara berhubungan dengan Tuhan dan memperlakukan
makhluk serta alam lainnya. Dengan demikian akan diwujudkan akhlak yang baik
terhadap Tuhan, terhadap manusia, dan makhluk Tuhan lainnya.
Jadi kesimpulannya hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah di
dalam Ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika atau akhlak
dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu
Etika dan Theodica. Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat
terwujud akhlak yang baik.
4.3
Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu estetika ( ilmu jamal )
Ilmu Aestetika, adalah ilmu pengetahuan yang membahas
tentang manusia dari aspek kelazatan-kelazatan yang ditimbulkan oleh sesuatu
pemandangan yang indah dalam diri manusia.
Kebanyakan
ahli ilmu mengatakan, sangat erat hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu
aestetika, tak obahnya laksana hubungan antara paman dengan keponakannya di
mana diatasnya bertemu pada satu nasab atau keturunan. Hanya saja kalau ilmu
akhlak yang menjadi sasarannya dari segi segi perilaku ( suluk ) maka ilmu
aetetika sasarannya dari segi kelezatan yang obyeknya tetap sama taitu
diri manusia.
Allah menyuruh manusia memperhatikan pergantian malam dengan
siang dan sesuatu yang diciptakan Allah, baik yang dilangit dan dibumi. Hal ini
merupakan sebab yang paling kuat pengaruh kedalam jiwa yang membawa manusia
mudah ber-iman kepada Allah. Dengan mengamati
(
taammul ) alam semesta yang begitu indah dan kuat serta sedemikian rupa
teraturnya menjadi tanda bagi orang yang taqwa.
Dalam surat Yunus ayat: 6, Allah berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan
Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya)
bagi orang- orang yang bertakwa.
Dari keterangan-keterangan di atas, maka dapat disimpulkan,
bahwa sangat erat hubungan antara ilmu aestetika dengan ilmu akhlak. Orang kalau
sudah terbiasa dengan keindahan, maka langkah berikutnya dia akan senag kepada
akhlak yang terpuji.
4.4 Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu
sosiologi ( ilmu ijtima’)
Secara etimologi Sosiologi berasal dari kata “Socius” yang
berarti kawan dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi
adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau didalam arti luas, adalah ilmu
pengetahuan yang berobyek hidup bermasyarakat”. Memang banyak pengertian (
ta’rif ) tentang sosiologi tentang, antara lain yang dikemukakan oleh P.J.
bouman, Samuel Smith dan Ch. A. Ell wood, tekanannya kepada “masyarakat “,
bukan kepada “hidup bermasyarakat”. Kita lebih tepat memakai pengertian yang
memuat “hidup bermasyarakat”, karena masyarakat tidak mempunyai arti
yang tepat. Ada masyarakat dalam arti luas, ialah kebulatan daripada semua
perhubungan didalam hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti sempit, ialah
suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak dalam
aspeknya, tetapi dalam berbagai-bagai aspek yang bentuknya tidak tertentu.
Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti yang tertentu, misalnya:
masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani dan lain-lain.
Dikatakan Ahmad Amin, bahwa pertalian antara Ilmu Sosiologi
dengan Ilmu Akhlak erat sekali. Kalau Ilmu Akhlak yang dikaji tentang prilaku
(suluk) ,artinya perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak
,dimana tidak bisa terlepas kepada kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian Ilmu sosiologi. Hal yang demikian itu
dikarenakan manusia tidak mungkin melepaskan diri sebagai makhluk bermasyarakat.
Dimanapun seseorang itu hidup, ia tidak bisa memisahkan dirinya lingkungan
masyarakat dimana dia berada walaupun kadar pengaruh itu relative sifatnya.
Memang manusia adalah makhluk bersyarikat dan
bermasyarakat,saling membutuhkan diantaranya sesamanya. Hal ini jelas sekali
bila kita perhatikan firman Allah surat Al-Hujurat ayat : 13 :
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
5.
Pembentukan Akhlak
Pandangan tentang eksistensi akhlak Terdapat dua aliran
tentang akhlak manusia, apakah akhlak itu dibentuk atau bawaan sejak lahir.
·
Akhlak adalah insting
(garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Jadi akhlak adalah pembawaan
manusia, yaitu kecenderungan kepada fitrah yang ada pada dirinya.
·
Akhlak tumbuh dengan
sendirinya tanpa dibentuk atau diusahakan (gairu muktasabah).
Akhlak adalah hasil pendidikan, latihan atau pembinaan yang sungguh-sungguh.
Akhlak adalah hasil usaha (muktasabah).
5.1 Metode
Pembentukan Akhlak
Ø
Dalam Islam
pembentukan akhlak dilakukan secara integrated, melalui rukun iman dan rukun
Islam. Ibadah dalam Islam menjadi sarana pembinaan akhlak.
Ø
Cara lain adalah
melalui: pembiasaan, keteladanan, dan instropeksi.
Ø
Faktor Yang Mempengaruhi
Pembinaan Akhlak :
1.
Aliran Nativisme:
potensi batin dangat dominant dalam pembinaan akhlak. Potensi tersebut adalah
pembawaan yang berupa kecenderungan, bakat, minat, akal, dan lain-ain.
2.
Aliran Empiris:
lingkungan social, termasuk pendidikan merupakan factor penting dalam pembinaan
akhlak.
3.
Aliran Konvergensi:
pembinaan akhlak dipengaruhi oleh factor internal (pembawaan) dan factor
eksternal (lingkungan).
6. Penerapan Akhlak
Dalam Kehidupan Sehari-hari
·
Akhlak kepada
Pencipta
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak
kepada Pencipta adalah Taubat. Taubat secara bahasa berarti kembali pada
kebenaran.Secara istilah adalah meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak
baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan dan berniat serta berusaha untuk
tidak mengulangi kesalahan yang serupa.Dengan kata lain,taubat mengandung arti
kembali kepada sikap,perbuatan atau pendirian yang baik dan benar serta
menyesali perbuatan dosa yang sudah terlanjur dikerjakan.
·
Akhlak
terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak
terlepas berbicara masalah kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah
mempertahankan hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup
hanya dengan mengatasi masalah hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi
hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan
adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula
kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan
ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih
mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan
makhluk lainnya.
Dalam akhlak terhadap sesama
dibedakan mnjadi dua macam :
1.
Akhlak
kepada sesama muslim
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah
beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut
ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya
“sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.Yang dimaksud
akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai
nilai ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi
realitas social yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai
sebuah keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka
kewajiban kita juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih
tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan
cirri-ciri akhlak yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak
terpuji antar sesame muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak
membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi
ketika kita berbicara hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman
dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan
bahkan diharamkan dalam islam.
2.
Akhlak kepada sesama non muslim
Akhlak
antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun
mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai
kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis
siapa serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung
ada waktu untuk perubahan diri.Karena hal ini tidak terlepas dari etika social
sebagai makhluk yang hidup social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan
nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak
asasi kita dengan hak merdeka orang lain,apalagi masalah keyakinan yang
terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan social karena dalam
kehidupan ada namanya etika social. Berbicara masalah etika social adalah tidak
terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan
lain-lain.Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan
mereka,ketika upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup dalam
minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi
membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan non muslim.