Entri Populer

Kamis, 15 Maret 2012

Manfaat Tumbuhan Hijau


Tumbuhan adalah mahkluk hidup yang memiliki daun, batang dan akar. Tumbuhan mampu menhasilkan makan sendiri. Bahan makan yang dihasilkan tidak hanya dimanfaatkan untuk tumbuhan sendiri, tetapi juga manusia dan hewan. Bukan saja makan yang dihasilkan, tetapi tumbuhan dapat menghasilkan O2 atau oksigen, dan mengubah karbon dioksida atau CO2 yang dihasilkan oleh manusia dan hewan menjadi oksigen yang dapat digunakan oleh mehkluk hidup lain.

Begitu pentingnya peranan tumbuhan hijau bagi kelangsunggan hidup dan juga bumi ini. Karena tumbuhan selain sebagai produsen pertama pada rantai makan, juga memiliki peranan penting sebagai penghasil oksigen terbesar bagi kelangsungan hidup mahkluk hidup. Serta menangani krisis lingkungan.

Pada kenyataan yang terjadi, pembangunan perumahan, perkantoran dan sebagainya dibangun di lahan pertanian maupun ruang terbuka hijau. padahal tumbuhan dala ekosistem berperan sebagai produsen pertama yang mengubah energi surya menjadi enegri potensil bagi mahkluk hidup lainnya. Sehingga dengan meningkatkan penghijauan maka kita mengurangi dampak pencemaran udara dalam hal ini polusi, mengurangi CO2 atau polutan lainnya, mengurangi dampak dari efek rumah kaca, atau gangguan iklim.

Pada proses fotosintesa tumbuhan hijau mengambil CO2 dan mengeluarkan C6H12O6 serta peranan O2 yang sangat dibutuhkan bagi mahkluk hidup. Oleh karena itu, peranan tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan melepaskan O2 kembali ke udara. Di samping itu proses metabolisme tumbuhan hijau dapat memberika berbagai fungsi untuk kebutuhan makluk hidup yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan.

Manfaat tumbuhan hijau bagi mahkluk hidup adalah :
1. Sebagai paru-paru dunia, tanaman sebagai elemen hijau, pada tumbuhan menghasilkan zat asam(O2) yang sangat diperlukan bagi mahkluk hidup untuk pernafasan.
2. sebagai pengatue lingkungan, vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan menjadi sejuk, nyaman dan segar.
3. Pencipta lingkungan hidup (ekologis)
4. Penyeimbangan alam, merupakan pembentuk tempat-tempat hidup alam bagi satwayang hidup disekitarnya.
5. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik matahri, gas dan debu-debu, kebisingan suara dan kendaran bermotor)
6. Keindahan (estetika)
7. Kesehatan
8. Rekreasi dan Pendidikan (edukatif)
9. Sosial politik ekonomi
10. Pencegahan banjir
Global Warming

Pemanasan global (Inggris: global warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosferlaut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F)antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.



Selasa, 13 Maret 2012

Dunia Islami


MEMBUMIKAN AKHLAK ISLAM

Akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak juga ada yang mengartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang. Baik buruknya seseorang ditentukan oleh akhlaknya. Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan perangai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Perbuatan akhlak harus bersifat konstan, spontan, tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah, bahkan beliau sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.”
Salah satu contoh akhlak dalam berkeluarga adalah Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk kita cintai, taati dan hormati. Karena keduanyalah yang memelihara, mengasuh, mendidik, menyekolahkan kita, mencintai dengan ikhlas agar kita menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, bangsa, Negara, berbahagia dunia dan akhirat.
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang sepatutnya diperbuat sebagian orang kepada lainnya dalam pergaulan, menjelaskan tujuan yang sepatutnya dituju manusia dan menunjukkan jalan apa yang selayaknya diperbuat. Moral adalah adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas, adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Hati nurani merupakan perasaan moral dalam manusia, yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan jahat, dan mana yang menyetujui atau menyalahkan perbuatannya.
Mungkin banyak diantara kita yang kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok atau inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.”, dan lain-lain. Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok atau inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat dengan tauhid. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba.
Pada saat sekarang ini terjadi degradasi akhlak yang sangat memprihatinkan di Negara kita. Itu semua terjadi karena pengaruh budaya barat yang terlalu bebas dan tidak memandang baik buruk dari perkara yang ditimbulkan. Saran saya untuk mengatasi degradasi akhlak tersebut adalah kembali kepada para generasi penerus bangsa, bagaimana kita sebagai generasi muda bangsa menerima budaya barat itu sendiri, jika kita menerimanya secara mentah-mentah dan terbuka maka kebobrokan akhlak para pemuda di Negeri kita ini makin memprihatinkan. Tapi jika kita menerimanya dengan selektif, kita pertimbangkan baik buruk dari pengaruh yang akan ditimbulkan. Selain itu pemerintah juga ikut andil dalam mengatasi degradasi akhlak dengan cara meminimalisir pengaruh budaya yang datang dari barat dan menseleksi budaya tersebut yang sesuai dengan budaya Negara kita. Dengan cara demikian Insya Alloh degradasi akhlak di Negara kita tercinta ini bisa diminimalisir.  


MANUSIA DAN TAKDIR

Manusia erat kaitannya dengan takdir. Takdir adalah sesuatu yang telah digariskan oleh Allah SWT sejak zaman azali yaitu zaman sebelum manusia itu ada. Sehingga takdir manusia itu telah dituliskan dilauhul mahfud sebelum manusia itu diciptakan dan tidak ada yang bisa merubahnya. Ada takdir manusia  yang masih bisa dirubah selama manusia itu mau berusaha sendiri untuk memperbaikinya. Hal ini sesuai dengan  firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka yang merubahnya sendiri”. Dari makna ayat diatas bisa disimpulkan bahwa masih ada ketetapan dari Allah yang masih bisa dirubah selama manusia itu mau berusaha. Kebebasan manusia telah memiliki takdir yang tidak bisa dirubah. Manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menolak atau menerima segala sesuatu  seperti kelahiran didunia, sebagai seorang laki-laki atau perempuan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan fisik manusia itu sendiri. Allah tidak akan mempersoalkan sama sekali atau meminta pertanggung jawaban. Paham takdir tidak bisa digunakan untuk hal yang belum terjadi, tetapi bagi suatu hal yang telah terjadi. Maka dengan demikian, kita sebagai manusia dipesankan dalam Al-Qur’an agar mapu menerima kegagalan tanpa putus asa. Sebaliknya kalau suatu saat nanti kita tidak mengklaim dengan kerdil untuk kita sendiri. Seolah-olah semua kesuksesan itu adalah karena perjuangan kita semata, kehebatan kita, kemampuan kita dan seterusnya. Akan tetapi semua dikembalikan kepada Allah SWT. Dengan demikian kita menjadi jiwa yang sehat , tidak hancur karena gagal, tidak sombong karena berhasil atau sukses. Tak ayal lagi, justru inilah salah satu dari kelemahan manusia. Di lukiskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan dengan halu’an, mudah sekali besikap keluh kesah dan tidak stabil. Mudah terbanting ke kanan dan ke kiri. Kalau menerima kekalahan atau kegagalan menjadi putus asa dan mengumpat kesana kemari egonya menjadi hancur. Tetapi kalau menerima atau mengalami kesuksesan dan keberhasilan, manusia menjadi sombong, mulai melihat dirinya lebih dari gambarannya. Ia melihat dirinya lebih besar dari kenyataan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, kita butuh sikap istiqomah yang artinya lurus dan kita harus kembalikan semuanya kepada Allah SWT. Adanya ruang kebebasan yang dimiliki manusia bisa saja kita tafsirkan bahwa Tuhan demikian menghargai kualitas dan posisi manusia untuk tumbuh sebagai makhluk dewasa dan merdeka dengan akal dan nuraninya oleh karenanya terdapat ungkapan bahwa akal sehat dan hati nurani pasti akan mengajak seseorang untuk dekat kepada Tuhan karena semua kebenaran, keindahan dan kebaikan berasal dari Tuhan. Tuhan adalah Yang Maha Benar, Maha Baik dan Maha Besar. Itu semua hanya bisa dipahami dan dihayati jika seseorang memperooleh pendidikan yang benar, dan ruang kebebasan untuk menentukan pilihannya.
Secara fisik manusia telah terikat dengan hukum alam yang melekat padanya. Manusia ditakdirkan memiliki daya berpikir, organ tangan, kehendak dinamis dan kehendak manusia semakin besar dalam wilayah kebebasannya. Dengan demikian pengertian takdir dapat kita maknai sebagai sesuatu yang belum tertutup atau serba final, tetapi mengindikasikan sebuah dinamika yang selalu terbuka untuk kemungkinan hal-hal yang baru.



MANUSIA DAN AGAMANYA



Tujuan dari bab ini agar kita selaku mahasiswa mengetahui apa saja empat pilar penting dalam agama sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita mampu dalam memaknai istilah agama itu sendiri sehingga kita bisa memilih mana yang benar-benar agama yang sesungguhnya dan bisa membawa kita agar selamat dunia dan akhirat. Empat pilar tersebut mencakup tentang pengertian agama, bentuk-bentuk agama, cara manusia beragama, dan urgensi agama bagi manusia.
Menurut pemahaman saya mengenai pengertian agama, agama adalah sesuatu yang diyakini oleh manusia dan dijadikan sebagai pedoman hidupnya agar selamat dunia dan akhirat. Jika sesuatu itu tidak diyakini oleh manusia dan membawa kesesatan dalam hidupnya, itu bukanlah agama yang sesungguhnya.
Dalam mendefinisikan pengertian agama itu sendiri pun beberapa ahli memiliki perbedaan pendapat. Kesulitan dalam mendifinisikan agama itu sendiri lebih disebabkan karena perbedaan dalam memaknai arti agama, disamping itu juga penerimaan setiap agama terhadap usaha memahami agama.
Sebenarnya inti dari ajaran semua agama itu sama yaitu agar manusia mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan manusia itu sendiri sehingga manusia menyembah dengan cara beribadah kepada-Nya sesuai dengan yang telah ditetapkan dengan tujuan agar kelak selamat dunia dan akhirat. Dengan demikian, hakikat agama adalah bagaimana hubungan antara manusia dengan Tuhanya itu tetap terjaga, tentu saja dengan status hubungan itu manusia mampu mencapai puncak tertinggi kepada Tuhan.
Makna istilah agama, religi dan din dikalangan para pemikir agama telah terjadi banyak perbedaan pemikiran. Mereka berbeda pandangan apakah ketiga istilah tersebut mempunyai pengertian yang identik (sama) atau ada semacam perbedaan. Menurut pemahaman saya mengenai ketiga istilah tersebut  terdapat perbedaan, antara agama, religi dan din. Jika agama itu maknanya mencakup universal bisa percaya pada satu Tuhan dan bisa juga percaya pada banyak Tuhan, bisa Tuhan itu ghaib dan bisa juga Tuhan itu terlihat mata. Jika religius, menurut saya bersifat khusus artinya bahwa Tuhan itu ESA (satu) dan bersifat ghaib dalam arti tidak tampak mata dan Din itu hanya khusus untuk islam, agama pembawa perdamaian, percaya kepada Alloh SWT semata, Sang Pencipta langit dan bumi dan kekal.
Cara-cara manusia beragama umunya berbeda, ada yang karena latarbelakang keluarga sehingga ikut agama keluarga, ada yang masih yakin dan percaya pada kepercayaan nenek moyang yang mistis, ada yang beragama karena ia menggunakan rasional, akal dan logikanya sehingga ia yakin bahwa agama tersebut bisa menyelamatkan dirinya dunia dan akhirat.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya dengan tujuan agar kelak selamat dunia dan akhirat. Faktor-faktor yang mendorong manusia beragama antara lain karena suatu kewajiban karena Negara mewajibkan setiap warga negaranya memiliki agama dan percaya kepada Tuhan dan yang kedua bisa karena lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya.
Manusia sebenarnya telah beragama sejak awal keberadannya karena Tuhan telah menanamkan benih (potensi) beragama pada setiap manusia akan tetapi orang yang menganut agama, dalam mempersepsikan ajaran agama yang diyakininya banyak dipengaruhi  oleh pengalaman hidupnya dan juga lingkungan sosial dan budaya sekelilingnya.
Asal usul seluruh agama yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan dalam dua kategori. Yang pertama agama yang dibawa oleh budaya, misalnya agama yang dibawa oleh nenek moyang yaitu animisme, dinamisme, dan lain-lain. Yang kedua agama wahyu yaitu agama yang diwahyukan Tuhan kepada malaikat untuk disampaikan kepada manusia melalui para Rasul (orang-orang yang terpilih). Walaupun begitu banyak ragam dan variasi jumlah dan jenis agama, kita selaku mahasiswa yang beragama dan menganut kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing, tidak boleh terpecah belah sebagaimana beberapa ahli yang memiliki perbedaan pendapat tentang pengertian agama. Kita harus harus bersatu dan tetap teguh memegang persatuan ini walaupun kita dari latarbelakang agama yang berbeda-beda.


PEMBAHASAN MAKALAH MEMBUMIKAN AKHLAK ISLAM



PEMBAHASAN
1. Pengertian Akhlak Dan Ilmu Akhlak
1.1 Pengetian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Menurut para pakar dibidang akhlak[1], Akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
1.2  Pengertian Ilmu Akhlak
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Akhlak[2] disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafatmoral.
1.3 Sumber-sumber Akhlak
Akhlak bersumber pada agama. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.
2. Asal Usul Istilah
a.      Moral
Moral berasal dari bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas.
b.      Etika
Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etikanormatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.
c.       Hati Nurani
Merupakan perasaan moral dalam manusia, yang dengannya dia memutuskan mana yang baik dan jahat, dan mana yang menyetujui atau menyalahkan perbuatannya. Seseorang terikat untuk menaati hati nurani dalam semua perbuatannya. Oleh karenanya, dia harus dengan hati-hati menjaga agar hati nurani itu dipandu oleh prinsip-prinsip yang benar, yang bersifat mengajar, dan tidak mengandung prasangka atau dibengkokkan oleh cara berpikir yang menyesatkan, atau oleh motivasi-motivasi yang tidak murni.
d.      Mataetika
Secara kebahasaan mataetika berasal dari bahasa Yunani, meta berarti melebihi, melampaui. Artinya secara implikatif makna yang terkandung di dalamnya mengindikasikan bagaimana ucapan-ucapan manusia dibidang moralitas. Seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis yaitu pada taraf bahasa etis dengan mempelajari logika-logika khusus dari ucapan-ucapan etis.
3.      Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
3.1 Akhlak pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.
3.2 Akhlak berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.
3.3 Akhlak bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
3.4 Akhlak bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
3.5 Akhlak beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
3.6 Islam Mengutamakan Akhlak
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.”, dan lain-lain. Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat.Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba.
3.7 Rasul Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).
            Anas bin Malik r.a[3], menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.”(HR.BukhariMuslim).
             Dalam hadits lain Anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam :“Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?”(HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW:“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.”[4]. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash r.a disebutkan “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”
4.      Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Lainya
4.1 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa
Ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan proses mental yang terjadi pada manusia. Dengan kata lain, ilmu ini meneliti tentang peranan yang dimainkan dalam perilaku manusia. Psikologi meneliti tentang suara hati (dhamir), kemauan (iradah), daya ingat, hafalan, prasangka (waham), dan kecenderungan-kecenderungan (awathif) manusia. Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa yang menggerakkan perilaku manusia. Dengan demikian, psikologi merupakan mukadimah pokok sebelum mengkaji tentang akhlak. Prof. Ahmad Luthfi berpendapat, “ilmu akhlak tidak akan bisa dijabarkan dengan baik tanpa dibantu oleh ilmu jiwa (psikologi)”. Itulah yang menyebabkan Imam Al-Ghozali sebelum mengajar ilmu akhlak, beliau mengajarkan terlebih dahulu kepada muridnya mengenai ilmu jiwa, dan itulah mengapa Imam Al Ghazali menyusun kitab Ma’arijul Qudsi Fi Madaariji Ma’riftin Nafsi.
Ilmu jiwa mengarahkan pembahasan pada aspek batin yang di dalam Qur’an diungkapkan dengan istilah insan. Dimana istilah ini berkaitan erat dengan kegiatan manusia yaitu kegiatan belajar, tentang musuhnya, penggunaan waktunya, beban amanah yang dipikulkan, konsekuensi usaha perbuatannya, keterkaitan dengan moral dan akhlak, kepemimpinannya, ibadahnya dan kehidupannya di akhirat. Quraish Shihab mengemukakan bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik dan sebaliknya. Berarti manusia memiliki kedua potensi tersebut.
Potensi rohaniah secara lebih dalam dikaji dalam ilmu jiwa. Untuk mengembangkan ilmu akhlak kita dapat memanfaatkan informasi yang diberikan oleh ilmu jiwa. Di dalam ilmu jiwa terdapat informasi tentang perbedaan psikologis yang dialami seseorang pada setiap jenjang usianya. Pada usia balita anak cenderung emosional dan manja. Pada usia kanak-kanak anak cenderung meniru orang tuanya dan rekreatif. Gejala psikologis seperti ini akan memberikan informasi tentang perlunya menyampaikan ajaran akhlak sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dalam kaitan ini dapat dirumuskan sejumlah metode dalam menanamkan akhlak yang mulia.    Dengan demikian ilmu jiwa dapat memberikan masukan dalam rangka menentukan metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak. Banyak hasil pembinaan akhlak dilakukan para ahli dengan menggunakan jasa yng diberikan ilmu jiwa, seperti yang dilakukan para psikolog terhadap perbaikan anak nakal, berperilaku menyimpang dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa dan ilmu akhlak bertemu karena pada dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu akhlak melihat dari apa yang sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa (psikologi) melihat tentang apa yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku .
4.2 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat
Sebagaimana Ilmu Tasawuf, Ilmu Filsafat juga mempunyai hubungan yang berdekatan dengan Ilmu akhlak. Pengertian Ilmu Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain:
a. Metafisika: penyelidikan di balik alam yang nyata
b. Kosmologo: penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c. Logika: pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat
d. Etika: pembahasan tentang timgkah laku manusia
e. Theodica: pembahasan tentang ke-Tuhanan
f. Antropolog: pembahasan tentang manusia
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika atau akhlak termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan berkembang akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika atau akhlak, dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui sebagian bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri. Selain itu filsafat juga membahas Tuhan, alam dan makhluknya. Dari pembahasan ini akan dapat diketahui dan dirumuskan tentang cara-cara berhubungan dengan Tuhan dan memperlakukan makhluk serta alam lainnya. Dengan demikian akan diwujudkan akhlak yang baik terhadap Tuhan, terhadap manusia, dan makhluk Tuhan lainnya.
Jadi kesimpulannya hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah di dalam Ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika atau akhlak dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu Etika dan Theodica. Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak yang baik.
4.3  Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu estetika ( ilmu jamal )
Ilmu Aestetika, adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang manusia dari aspek kelazatan-kelazatan yang ditimbulkan oleh sesuatu pemandangan yang indah dalam diri manusia.
Kebanyakan ahli ilmu mengatakan, sangat erat hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu aestetika, tak obahnya laksana hubungan antara paman dengan keponakannya di mana diatasnya bertemu pada satu nasab atau keturunan. Hanya saja kalau ilmu akhlak yang menjadi sasarannya dari segi segi perilaku ( suluk ) maka ilmu aetetika sasarannya dari segi  kelezatan yang obyeknya tetap sama taitu diri manusia.
Allah menyuruh manusia memperhatikan pergantian malam dengan siang dan sesuatu yang diciptakan Allah, baik yang dilangit dan dibumi. Hal ini merupakan sebab yang paling kuat pengaruh kedalam jiwa yang membawa manusia mudah ber-iman kepada Allah. Dengan mengamati
( taammul ) alam semesta yang begitu indah dan kuat serta sedemikian rupa teraturnya menjadi tanda bagi orang yang taqwa.
Dalam surat Yunus ayat: 6, Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.
Dari keterangan-keterangan di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa sangat erat hubungan antara ilmu aestetika dengan ilmu akhlak. Orang kalau sudah terbiasa dengan keindahan, maka langkah berikutnya dia akan senag kepada akhlak yang terpuji.
4.4 Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu sosiologi ( ilmu ijtima’)
Secara etimologi Sosiologi berasal dari kata “Socius” yang berarti kawan dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau didalam arti luas, adalah ilmu pengetahuan yang berobyek hidup bermasyarakat”. Memang banyak pengertian ( ta’rif ) tentang sosiologi tentang, antara lain yang dikemukakan oleh P.J. bouman, Samuel Smith dan Ch. A. Ell wood, tekanannya kepada “masyarakat “, bukan kepada “hidup bermasyarakat”. Kita lebih tepat memakai pengertian yang memuat “hidup bermasyarakat”, karena masyarakat tidak mempunyai arti yang tepat. Ada masyarakat dalam arti luas, ialah kebulatan daripada semua perhubungan didalam hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti sempit, ialah suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak dalam aspeknya, tetapi dalam berbagai-bagai aspek yang bentuknya tidak tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti yang tertentu, misalnya: masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani dan lain-lain.
Dikatakan Ahmad Amin, bahwa pertalian antara Ilmu Sosiologi dengan Ilmu Akhlak erat sekali. Kalau Ilmu Akhlak yang dikaji tentang prilaku (suluk) ,artinya perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak ,dimana tidak bisa terlepas kepada kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian Ilmu sosiologi. Hal yang demikian itu dikarenakan manusia tidak mungkin melepaskan diri sebagai makhluk bermasyarakat. Dimanapun seseorang itu hidup, ia tidak bisa memisahkan dirinya lingkungan masyarakat dimana dia berada walaupun kadar pengaruh itu relative sifatnya.
Memang manusia adalah makhluk bersyarikat dan bermasyarakat,saling membutuhkan diantaranya sesamanya. Hal ini jelas sekali bila kita perhatikan firman Allah surat Al-Hujurat ayat : 13 :
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
5.      Pembentukan Akhlak
Pandangan tentang eksistensi akhlak Terdapat dua aliran tentang akhlak manusia, apakah akhlak itu dibentuk atau bawaan sejak lahir.
·        Akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Jadi akhlak adalah pembawaan manusia, yaitu kecenderungan kepada fitrah yang ada pada dirinya.
·        Akhlak tumbuh dengan sendirinya tanpa dibentuk atau diusahakan (gairu muktasabah).
Akhlak adalah hasil pendidikan, latihan atau pembinaan yang sungguh-sungguh. Akhlak adalah hasil usaha (muktasabah).
5.1  Metode Pembentukan Akhlak
Ø  Dalam Islam pembentukan akhlak dilakukan secara integrated, melalui rukun iman dan rukun Islam. Ibadah dalam Islam menjadi sarana pembinaan akhlak.
Ø  Cara lain adalah melalui: pembiasaan, keteladanan, dan instropeksi.
Ø  Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak :
1.      Aliran Nativisme: potensi batin dangat dominant dalam pembinaan akhlak. Potensi tersebut adalah pembawaan yang berupa kecenderungan, bakat, minat, akal, dan lain-ain.
2.      Aliran Empiris: lingkungan social, termasuk pendidikan merupakan factor penting dalam pembinaan akhlak.
3.      Aliran Konvergensi: pembinaan akhlak dipengaruhi oleh factor internal (pembawaan) dan factor eksternal (lingkungan).
6.      Penerapan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari-hari
·        Akhlak kepada Pencipta
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat. Taubat secara bahasa berarti kembali pada kebenaran.Secara istilah adalah meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan dan berniat serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa.Dengan kata lain,taubat mengandung arti kembali kepada sikap,perbuatan atau pendirian yang baik dan benar serta menyesali perbuatan dosa yang sudah terlanjur dikerjakan.
·         Akhlak terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara masalah kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk lainnya.
Dalam akhlak terhadap sesama dibedakan mnjadi dua macam    :
1.      Akhlak kepada sesama muslim
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi realitas social yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai sebuah keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan cirri-ciri akhlak yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi ketika kita berbicara hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan bahkan diharamkan dalam islam.
2.      Akhlak kepada sesama  non muslim
Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk perubahan diri.Karena hal ini tidak terlepas dari etika social sebagai makhluk yang hidup social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain,apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan social karena dalam kehidupan ada namanya etika social. Berbicara masalah etika social adalah tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-lain.Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,ketika upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan non  muslim.


KESIMPULAN
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya adalah sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak terlepas dari apa yang sudak ada dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak.Karena akhlak adalah salah satu predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam social.Baik dan buruknya akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup,apakah membentuk karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah sumber. Jadi kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang dilakukan punya nilai ibadah .
Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku dengan perilaku yang dicintai Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari terutusnya baginda Rasullulah SAW yang bersabda:
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”. Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk itu Rasullulah diutus,merupakan ukuran baik dan tidaknya seseorang baik di dunia ini atau di akhirat nanti.Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar budi pekertinya.Baik kepada dirinya,keluarga,dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.






DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://perbedaan ilmu akhlak dengan ilmu lainnya.html
http://hubungan ilmu akhlak dengan ilmu lain.html
http://hubungan ilmu jiwa dengan ilmu pendidikan.html
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macam-macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-sehari-hari/



[2] Dalam Encyclopedia Brittanica
[3] Salah seorang sahabat dari nabi SAW
[4] (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751)